Masih Banyak Masyarakat Berkerumun

Epidemiolog Sebut Sulit Tekan Penularan Covid-19 jika Masyarakat Tak Patuh 3M

Epidemiolog Undip Prof Dr dr Suharyo Hadisaputro SpPD KPTI

JATENG--(KIBLATRIAU.COM)-- Seorang Epidemiolog Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr dr Suharyo Hadisaputro SpPD KPTI menilai pembagian zona hijau yang menjadi dasar simulasi belajar tatap muka sekolah di Jawa Tengah harus memperketat protokol kesehatan. Sebab, dia khawatir dengan pembukaan belajar tatap muka sekolah picu klaster baru penularan covid-19.''Zona hijau, dan zona kuning itu sifatnya dinamis. Khawatirnya kalau jadi klaster sekolah, dan ponpes. Apalagi kegiatan belajar mengajar berlangsung di ruangan. Kalau bisa kendalikan dulu sampai titik terendah. Semua tergantung siswa, guru dan gugus tugas covid-19," ujar Prof Suharyo Hadisaputro, Selasa (8/9/2020).

Dari pengamatan pihaknya, sejak beberapa tempat wisata dibuka masih banyak masyarakat bergerombol saat melakukan aktivitas. Selain itu di Kota Semarang misalnya, dirinya masih melihat banyak orang berkerumun, tanpa jaga jarak saat olahraga di Gor Tri Lomba Juang.'' Ikut kegiatan olahraga itu bagus, mereka niatnya agar sehat. Tapi setelah olahraga biasanya mereka makan sama teman ngobrol, foto selfie hingga lepas masker, itu yang potensi berkerumun picu penularan. Kalau bisa pasca olahraga langsung tinggalkan lokasi,'' ungkapnya.

Dia menilai tingkat kedisiplinan masyarakat pada era kebiasaan baru sangat kurang. Sampai saat ini, Pemerintah juga belum memprediksi sampai kapan pandemi covid-19 berakhir.''Kalau masyarakat belum patuh 3 M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan ya susah ditekan penularannya. Maka saya minta Pemda terus edukasi masyarakat soal protokol kesehatan,'' jelasnya.Dia mendorong pemerintah untuk segera menyelenggarakan vaksinasi covid-19 di tahun 2021. Dengan begitu nantinya berhasil membawa penurunan drastis. Sebab, dengan pemberian obat anti virus dan anti biotik pada pasien covid-19 masih membingungkan."Vaksin itu kuman atau virus hidup dilemahkan dimasukan dalam tubuh hingga bereaksi membuat kekebalan. Karena kebal, virus lemah tidak membuat sakit tapi punya kekebalan tubuh," tuturnya.(Net/Hen)


Berita Lainnya...

Tulis Komentar