Pertempuran Sebelas Hari kemarin

Hamas-Israel Gencatan Senjata, Siapa Pantas Klaim Kemenangan?

Genjatan senjata hamas dan israel

GAZA--(KIBLATRIAU.COM)-- Gencatan senjata antara Hamas di Gaza dan Israel akhirnya tercapai pada Jumat lalu. Rakyat Palestina di gaza, Yerusalem Timur dan wilayah pendudukan Tepi Barat merayakan apa yang menurut mereka adalah kemenangan dalam melawan penjajah Israel. Di Tel Aviv, para jenderal militer Israel mengklaim pertempuran sebelas hari kemarin dimenangkan oleh mereka.Dilansir dari laman the New York Times, Jumat (21/5), Di dua pusat komando militer Israel yang melakukan operasi penyerangan ke Gaza, para jenderal militer menilai kemenangan telah mereka raih.Sejumlah militan Hamas tewas, 340 peluncur roket dihancurkan, 60 mil terowongan bawah tanah berhasil dilumpuhkan.

Namun setelah gencatan senjata diumumkan, setelah 230 warga Palestina dan 12 warga Israel tewas, setelah rumah sakit, masjid, dan sejumlah infrastruktur di Gaza hancur, dua pangkalan militer Israel, satu di Kota Beersheba, selatan Israel, dan satu lagi di Tel Aviv punya penilaian yang berbeda. Sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza pada 2007, Israel sudah melancarkan sejumlah operasi militer dengan tujuan mengurangi kemampuan militer Hamas. Namun yang mereka lihat adalah Hamas masih mampu menyusun kekuatan dan keberhasilan Israel tidak banyak mengubah situasi. Sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji pertempuran kemarin akan berbeda hasilnya.

Dengan jet-jet tempur supercanggih yang melumpuhkan sejumlah target, Israel berupaya menghancurkan kemampuan Hamas semaksimal mungkin. Namun para pejabat militer Israel mengakui upaya mereka tidak berhasil mencegah kemungkinan terjadinya pertempuran berikutnya, bahkan dalam waktu dekat.

Tetap saja, banyak kalangan cukup puas dengan apa yang telah diraih Israel dalam menggempur Hamas. Seorang pejabat militer Israel mengatakan, Hamas tidak tahu seberapa banyak intelijen Israel mengetahui soal mereka dan seberapa efektif Israel akan menggagalkan rencana serangan mereka.Meski jika militer Israel menilai mereka sudah mencapai target yang mereka inginkan, namun seorang pejabat senior di Beersheba mengatakan mereka masih belum mengetahui apakah pertempuran kemarin mampu mencegah peperangan berikutnya.

Hamas dan para pendukungnya masih memiliki sekitar 8.000 roket, kata seorang tokoh senior Israel dan ratusan peluncur roket. Itu artinya Hamas masih mampu berperang selama dua tahun ke depan.''Saya tidak tahu,'' kata si pejabat yang enggan diketahui identitasnya itu tentang pertempuran sebelas hari kemarin. "Kami masih perlu waktu untuk menganalisis apakah itu suatu keberhasilan."

Serangan Israel ke Jalur Gaza selama ini selalu dikecam karena dianggap tidak proporsional dan melanggar hukum internasional.''Israel kerap menyebut tindakan semacam ini sebagai "memotong rumput", karena rutin mengebom wilayah yang termasuk paling padat penduduknya di dunia dan berada dalam keadaan diblokade. Perang semacam ini melanggar moral karena ruitn dilakukan berulang-ulang," kata pengamat dan pembela hak asasi di Washington, Yousef Munayyer.


Seperti AS, Israel menganggap Hamas kelompok teroris. Bersama Mesir, Israel menerapkan blokade untuk mencegah militan Hamas mendapatkan bahan buat membikin senjata. Sementara Hamas pun tidak mengakui keberadaan negara Israel. Dengan meluncurkan ribuan roket, Hamas bisa menjaga citranya sebagai pelindung rakyat Palestina, terutama jika dibandingkan dengan rival politiknya, Fatah. Untuk membungkam Hamas, Israel berupaya menghancurkan banyak persenjataan Hamas untuk mengamankan situasi selama beberapa tahun ke depan.

Bagi rakyat Palestina, konsep situasi tenang selama beberapa tahun tak ada artinya. Tanpa perang pun mereka sudah susah hidup di bawah blokade dan berbagai pembatasan. Meski para petinggi militer Israel menilai pertempuran ini sebagai kemenangan jangka pendek namun persoalan apakah Israel mematuhi hukum internasional dalam meraih kemenangan itu menjadi pertanyaan. Bagi Ami Ayalon, pensiunan Angkatan Laut Israel, serangan udara yang dilakukan selama ini hanyalah demi "ketenangan semu". Persoalan inti dari konflik Palestina-Israel yaitu penjajahan, blokade masih belum ditangani.''Gagasan untuk mendapatkan foto kemenangan adalah omong kosong," kata Ayalon. "Dalam setiap peperangan tujuannya seharusnya untuk menciptakan kenyataan politik yang lebih baik. Tapi dalam konflik di Gaza, tidak ada perbaikan kondisi politik yang kita dapatkan."

Kecaman juga datang ketika serangan udara Israel membunuh 12 anggota keluarga Abu al-Auf pada Minggu pagi. Militer Israel beralasan di bawah rumah warga sipil itu ada markas Hamas. Namun semua orang tahu, jumlah warga sipil yang tewas tidak akan pernah sebanding dengan raihan kemenangan dari operasi militer secara keseluruhan.''Itu adalah kejahatan," kata Mustafa al Yazji, 40 tahun, seorang wiraswasta yang kerabatnya kerap tewas dalam serangan Israel. 

"Orang-orang tak berdosa ini tidak ada hubungannya dengan apa pun." Seorang pejabat Israel mengatakan, "tidak ada target yang terpisah dari rakyat sipil. Setiap target berada di tengah-tengah rakyat sipil."Namun bagi sejumlah mantan tentara Israel, penjelasan semacam itu "tidak masuk akal dalam hal definisi apa yang disebut target militer", kata Yehuda Shaul, mantan sersan Israel yang mendirikan organisasi Breaking the Silence, kelompok berisi mantan tentara yang berkampanye menentang pelanggaran militer Israel. "Apakah mereka mau bilang, setiap rumah pribadi teman pejabat militer Israel adalah target yang sah?" kata Shaul. "Itu gila". (Net/Hen)


Berita Lainnya...

Tulis Komentar