Akibat Kebakaran Hutan

BMKG Catat Ada 11 Titik Panas Terindikasi di Riau

Ilustrasi kebakaran hutan


 
 

 

RIAU--(KIBLATRIAU.COM)-- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi 11 titik panas di sejumlah daerah di Riau. Titik itu mengindikasikan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Bibin menyebutkan, belasan titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen itu terpantau melalui pencitraan Satelit Terra dan Aqua.

"Titik itu menyebar di Kabupaten Bengkalis, Meranti dan Pelalawan. Titik panas terbanyak terdeteksi di Kabupaten Bengkalis dengan total tujuh titik. Sedangkan di Meranti dan Pelalawan masing-masing dua titik," ucap Bibin, Selasa (12/2).

Titik panas di Bengkalis terdeteksi di Pulau Rupat. Dalam dua pekan terakhir, Pulau Rupat yang berada di bibir Selat Malaka itu terus membara dan hingga kini masih dalam proses pemadaman. Titik panas di Kabupaten Kepulauan Meranti terdeteksi menyebar di Kecamatan Rangsang Barat dan Tebing Tinggi. Sementara di Pelalawan, kedua titik panas terdeteksi menyebar di Kecamatan Kuala Kampar.

Dari 11 titik panas yang terdeteksi, sembilan diantaranya dipastikan sebagai titik api atau indikasi kuat terjadinya kebakaran lahan dan hutan dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen. "Enam titik api di Bengkalis, dua di Pelalawan dan satu titik api di Kabupaten Kepulauan Meranti," terang Bibin.


Sejak awal 2019 hingga hari ini, hutan dan lahan yang terbakar di Riau mencapai 267,5 hektare. Paling luas terjadi di Kabupaten Bengkalis, yakni seluas 131 hektare. "Data itu berdasarkan hasil pemadaman ke lokasi. Mayoritas terjadi di lahan gambut tersebut terjadi di enam kabupaten di Provinsi Riau," ujar Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger.

Edwar menjelaskan, untuk kebakaran lahan di Bengkalis terjadi di sejumlah daerah seperti Kecamatan Pinggir, Pulau Bengkalis dan terakhir di Pulau Rupat. Daerah tersebut memang sering terjadi kebakaran lahan.

"Kalau untuk di Kabupaten Rokan Hilir, luas mencapai 87 hektare. Sedangkan di Kota Dumai, kebakaran juga masih terjadi di Kecamatan Sungai Sembilan," jelas Edwar. Secara keseluruhan, luas lahan yang terbakar di Kota Dumai mencapai 17,5 hektare. Sementara di Kabupaten Kepulauan Meranti yang terbakar mencapai dua hektare.

"Di Kabupaten Kampar, tercatat luas kebakaran mencapai 14 hektare, di Pekanbaru seluas 16,01 hektare terbakar," kata Edwar.


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengirim satu unit helikopter patroli jenis Bell 412 untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan. "Sudah bisa kita manfaatkan," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, kepada merdeka.com, Selasa (12/2). Menurut Edwar, helikopter yang menjadi salah satu andalan Riau dalam menangani bencana Karhutla tersebut tiba di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin pekan lalu.

Dia mengatakan helikopter yang mampu mengangkut 500 liter air untuk water bombing atau bom air tersebut dapat beroperasi pada Ahad (10/2). "Kemarin FC (flght clearence) dan SC (security clearence) baru terbit. Dan bisa kita operasikan," ujarnya.

Helikopter tersebut akan terus berada di Riau selama dibutuhkan untuk proses karhutla. Bahkan tidak ada waktu yang mengikat untuk menggunakan helikopter tersebut. Helikopter patroli Bell 412 akan menjadi armada pertama saat kebakaran lahan mulai melanda. Apabila kebakaran semakin besar dan sulit dikendalikan, Riau akan berupaya memohon kepada BNPB untuk mengirim helikopter dengan kapasitas lebih besar seperti Sikrosky dan Camov yang memang ditugaskan untuk pengeboman air. Dua helikopter itu diketahui mampu membawa 5 ton air dalam sekali terbang, dan menjadi helikopter utama penanggulangan Karhutla dalam beberapa tahun terakhir di Riau.(Net/Hen)


Berita Lainnya...

Tulis Komentar