Menabung Sejak Tahun 1980 dari Hasil Kuli Bangunan

Sabtu, 11 Juni 2022 - 10:05:41 WIB

Djaelani 

JATIM--(KIBLATRIAU.COM)-- Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Pepatah ini lah, yang dipegang oleh Mohammad Djaelani, jemaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 7 Embarkasi Surabaya selama 15 tahun lalu.Demi bisa menunaikan haji, pria berumur 62 tahun itu pun sedikit demi sedikit, mengumpulkan rupiah dari hasil keringatnya sebagai seorang kuli bangunan. Aura bahagia pun terpancar jelas dari wajahnya, sesaat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

"Saya ini orang miskin, tidak ada bayangan saat itu untuk bisa naik haji. Wong buat makan aja saya mesti susah payah jadi kuli bangunan," tutur Djaelani bercerita.Bapak dari tiga orang putra asal Saradan Madiun ini pun mengungkapkan kisahnya saat masih muda dulu. Tahun 1980, Djaelani mulai mengais rejeki di perantauan sebagai kuli bangunan. Meski tak tentu penghasilan yang bisa ia dapatkan, Djaelani tak lupa menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung.


"Tahun 2007, uang tabungannya saya terkumpul Rp5 juta rupiah. Uang itu saya gunakan beli sapi," kenangnya.Dua tahun berlalu, Djaelani lalu menjual sapinya seharga Rp8 juta rupiah. Uang tersebut lantas ia belikan tanah seharga Rp10 juta rupiah, dengan mencari pinjaman bank untuk menutupi kekurangannya.Di saat itu, keinginannya pergi haji pun makin membuncah. Ia bernadzar dalam hati, bila ada yang mau membeli tanahnya, maka uangnya akan ia gunakan untuk daftar haji.

Ternyata keinginan kuat Djaelani untuk berhaji didengar dan dikabulkan oleh Sang Maha Pengasih. Seorang dermawan mau membeli tanah Djaelani seharga Rp25 juta rupiah."Tanah saya, yang harganya Rp10 juta, tidak pake ditawar langsung dibeli seharga Rp25 juta. Alhamdulillah, uangnya pas buat daftar haji," ungkapnya.Setelah itu, keberuntungan pun berpihak padanya. Seorang nadzir desa menawarinya untuk membantu tugas modin desa dalam mengurus jenazah. Ia pun melaksanakan tugas tersebut dengan tetap menjalani pekerjaannya sebagai kuli bangunan."Jadi modin ngurus jenazah, ya kerja seikhlasnya, bayaran seikhlasnya dari Gusti Allah. Saya juga masih tetap kerja bangunan," tutur ia.Djaelani pun tak menutup mata untuk biaya pelunasan hajinya. Ia pun kembali menabung untuk membeli sapi lagi.


"Alhamdulillah, saya bisa melunasi biaya haji saya dari jualan sapi lagi. Sekarang sapi saya sudah habis," ujar Djaelani sumringah.Ia pun berpesan, hal yang paling utama dalam mendaftar ibadah haji adalah memiliki keinginan yang sangat kuat. Sebab, dengan keinginan yang kuat akan membuka sendiri jalan menuju tanah suci."Insya Allah kalau niat kita sudah bulat, Allah akan bukakan jalan dari pintu mana saja, bahkan yang tidak terduga sekalipun," pungkasnya memotivasi.(Net/Hen)