Jangan karena Cinta Dunia Merubah Keyakinan kepada Allah SWT

Rabu, 25 September 2024 - 23:37:35 WIB

Ustadz Syaifullah saat menyampaikan ceramah agama di Masjid Nurul Muhsinin Rabu (25/9/2024).

Laporan :  Rizki Kurniawan 
Pekanbaru


USTADZ yang menyampaikan ceramah agama di Masjid  Nurul Muhsinin yang  berada di Jalan Ikan Mas, Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai, pada kajian rutin yang digelar, Rabu (25/9/2024) malam yakni, ustadz H Syaifullah , Spd.i.

Sebelum menyampaikan tausiah, pertama-tama ustadz Syaifullah mengucapkan puji syukur atas kehadirat dan rahmat dari Allah SWT, karena telah diberikan kesehatan, keselamatan, sehingga dapat bersama-sama hadir dalam pada kajian ilmu ini. Selain itu, tak lupa juga ustadz Syaifullah bersalawat kepada Nabi Muhammad. SAW. Karena,  dengan banyak bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW akan mendapatkan safaat di yaumil akhir kelak dan akan diakui sebagai umatnya.


Dalam paparannya, ustadz Syaifullah membahas tentang Hubbud Dunya. Karena banyal orang lalai dan terlena dengan kehidupan dunia yang fana ini. Dikatakan ustadz Syaifullah bahwa hubbud dunya berasal dari dua kata: 'hubbun' dan 'ad-dunya'. Hubbun artinya cinta, sementara dunya yakni dunia.

Hubbud dunya adalah kecintaan berlebih terhadap dunia yang bisa menyebabkan manusia lupa kepada Allah SWT serta segala sesuatu yang kurang bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Singkatnya, makna hubbud dunya adalah cinta dunia. Terlebih lagi, banyak orang yang terkecoh dan terjangkit dengan sifat cinta dunia. Kadang kala, akibat terlalu cinta dunia segala cara dilakukan, yang paling parah lagi, banyak orang yang menjadi murtad dan selalu berbuat kemaksiatan di dunia yang fana ini.

"Sifat cinta akan dunia digolongkan sebagai penyakit hati karena sangat berbahaya. Karena,  mampu menggoyahkan iman seseorang lantaran pernak-pernik dunia seperti harta benda yang sementara telah membutakannya. Padahal, tempat kembali manusia sebenarnya adalah akhirat yang kekal abadi.Oleh sebab itu, kehidupan di dunia ini jangan sampai membuat kita lengah dan terlena, Namun ,yang perlu diperhatikan jangan sampai karena dunia merubah keyakinan kita kepada Allah SWT. Sebab,zaman sekarang banyak orang lupa karena hiruk pikuk dunia yang penuh dengan kenikmatan semu. Selain itu, janganlah perturutkan hawa nafsu dalam mengejar dunia yang hanya sementara ini," ujar ustadz Syaifullah.

Dijelaskan ustadz Syaifullah, sikap hubbud dunya termasuk akhlak tercela yang dapat menggelapkan hati dan menjauhkan diri dari Allah SWT. Sifat ini merujuk pada rasa obsesi berlebih akan gemerlap dunia.

"Penyakit hubbud dunya yang tertanam dalam hati kaum muslim mampu menjadi sumber kehancuran umat Islam. Rasulullah SAW melalui sabdanya pernah memperingatkan, "Cinta kepada dunia adalah pangkal semua kesalahan," papar ustadz Syaifullah.

Sambung ustadz Syaifullah, manusia yang memiliki penyakit hubbud dunya memiliki ciri-ciri antara lain menganggap dunia sebagai tujuan utama dan bukan sebagai sarana menggapai kebahagiaan di akhirat kelak. Selain itu,  menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal haramnya untuk mengumpulkan harta benda.

"Bersifat kikir atau pelit sehingga tidak mau menyedekahkan harta maupun mengeluarkan zakat. Tidak puas dengan apa yang dimiliki sehingga bertindak serakah dan tamak atau rakus Tidak bersyukur dengan nikmat yang yang ada meski sedikit.Apabila penyakit cinta dunia sudah ada dalam diri seseorang maka itu bisa berdampak negatif. Cinta dunia membuat manusia lalai untuk beribadah kepada Allah SWT. Dapat melemahkan dan menggerus iman seseorang," terang ustadz Syaifullah.

Lebih jauh ditambahkan ustadz Syaifullah, hubbud dunya bisa mendatangkan penyakit hati lainnya, seperti tamak, riya, iri dan dengki
Membuat manusia tidak melakukan hal yang bermanfaat bagi dirinya kelak di akhirat.

"Untuk menghindari sifat dan penyakit cinta dunia yang berbahaya ini, manusia dapat menghindarinya dengan cara-cara.Salah satunya  mengingat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, sehingga sebaiknya tidak terlena dengan itu. 
Memperbanyak mengingat kematian
Menumbuhkan sifat qanaah dalam diri, yakni rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki. 
Senantiasa mengingat Allah SWT dengan berdzikir. Menguatkan iman dalam hati dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Menerapkan muraqabah atau meyakini bahwa Allah SWT menyaksikan semua tindakan kita
Khusyuk dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah," tutur ustadz Syaifullah.***