Inilah 4 Sifat Nabi Muhammad SAW yang Patut Diteladani

Kaligrafi Nabi Muhammad SAW
JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Nabi Muhammad SAW adalah utusan terakhir Allah SWT yang diutus untuk menyempurnakan ajaran agama Islam. Kehadiran beliau bukan hanya membawa risalah, tetapi juga menghadirkan keteladanan dalam akhlak, sikap, dan perilaku.Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Termaktub dalam surat Al-Ahzab ayat 21,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dikutip dari buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Nabi Muhammad SAW tumbuh sebagai sosok yang cerdas (fathanah), jujur dan dapat dipercaya (amanah), serta benar (shiddiq) dalam ucapan dan perbuatan.Keteladanan Rasulullah SAW tidak hanya terbatas pada ibadah, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Oleh karena itu, memahami sifat-sifat beliau sangat penting agar umat Islam mampu menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat Utama Nabi Muhammad SAW
Dalam buku Syarah Syama'il Nabi Muhammad: Penjelasan Lengkap Tentang Kepribadian & Karakter Rasulullah yang ditulis Syaikh Abdurrazaq dijelaskan bahwa Allah SWT menyifati Nabi Muhammad SAW dengan budi pekerti yang luhur. Aisyah RA ditanya seseorang tentang akhlak beliau, maka Aisyah mengatakan, "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Budi pekerti Rasulullah SAW bersumber dari Al-Qur'an. Ucapan beliau senantiasa sesuai dengan Al-Qur'an, yakni dengan merinci dan memperjelasnya. Ilmu-ilmu beliau adalah ilmu-ilmu Al-Qur'an. Cita-cita dan anal beliau sesuai dengan arahan Al-Qur'an.
Para ulama merangkum empat sifat utama Nabi Muhammad SAW yang menjadi dasar kepribadiannya, yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah.
1. Shiddiq (Jujur)
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang selalu jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sejak kecil, beliau mendapat julukan Al-Amin yang berarti orang yang dapat dipercaya. Kejujurannya membuat masyarakat Quraisy menaruh rasa hormat, bahkan menitipkan barang dagangan kepada beliau.
Dalam dakwahnya, Rasulullah SAW tidak pernah menyembunyikan kebenaran wahyu Allah, meski seringkali mendapat perlawanan dari kaumnya. Sifat jujur inilah yang harus menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan.
2. Amanah (Dapat Dipercaya)
Rasulullah SAW selalu memegang teguh amanah yang diberikan kepadanya. Beliau tidak pernah berkhianat, baik dalam hal kecil maupun besar. Bahkan ketika kaum Quraisy masih menentang dakwahnya, mereka tetap menitipkan barang-barang berharga kepada beliau karena yakin tidak akan dikhianati.
Sifat amanah juga beliau tunjukkan dalam memimpin umat, membina keluarga, serta menyampaikan wahyu Allah SWT dengan sempurna.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Sebagai seorang Nabi dan Rasul, Muhammad SAW memiliki kewajiban untuk menyampaikan risalah Allah SWT kepada umat manusia. Beliau tidak menyembunyikan sedikit pun wahyu yang diturunkan kepadanya.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al-Ma'idah ayat 67 menegaskan hal ini:
۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Sifat tabligh menjadi teladan bagi umat Islam agar senantiasa menyampaikan kebaikan, berdakwah dengan cara yang bijaksana, dan tidak menyembunyikan ilmu.
4. Fathanah (Cerdas)
Kecerdasan Nabi Muhammad SAW terlihat dalam cara beliau menghadapi berbagai persoalan hidup. Beliau mampu menyelesaikan konflik dengan bijaksana, seperti dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad. Ketika suku-suku Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak meletakkannya, Rasulullah SAW mengusulkan agar batu suci tersebut diletakkan di atas kain dan diangkat bersama-sama. Solusi ini diterima oleh semua pihak dan menghindarkan pertumpahan darah.Kecerdasan beliau juga tercermin dalam strategi dakwah, pengelolaan umat, hingga kepemimpinan sebagai kepala negara di Madinah.(Net/Hen)