Penyuluh sebagai Garda Terdepan Moderasi Beragama di Tengah Masyarakat
Acara ngopi kerukunan bagi penyuluh lintas agama se-Kota Pekanbaru. Senin (08/12/2025)
PEKANBARU–(KIBLATRIAU.COM)-- Dalam rangka memperkuat harmoni sosial sangat pentingnya ruang dialog lintas agama. Hal tersebut disampaikan Ketua Pelaksana, Ganaradguna, selaku Ketua Tim ORTALA dan KUB Kanwil Kemenag Riau, dalam acara ngopi kerukunan bagi penyuluh lintas agama se-Kota Pekanbaru. Senin (08/12/2025). Acara berlangsung hangat dengan kehadiran Pembimas Kristen, Katolik, Hindu, Kepala Bidang Penaiszawa, serta para pejabat administrator di lingkungan Kanwil Kemenag Riau.''Ngopi kerukunan ini bukan sekadar pertemuan, tetapi ruang untuk menyatukan langkah, menyamakan persepsi, dan memperkuat jejaring kerukunan antarpenyuluh di Pekanbaru,” ujarnya.
Kakanwil Kemenag Riau yang diwakili Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Rahmat Suhadi menekankan bahwa deteksi dini menjadi elemen penting dalam menjaga kerukunan antarumat beragama.''Pendeteksian dini adalah kunci menjaga kerukunan serta menyelesaikan potensi konflik. Penyuluh harus mampu bekerja sama lintas instansi dan stakeholder. Seberapa baik hubungan kita dengan aparat penegak hukum, tokoh agama, maupun ormas sangat menentukan keberhasilan upaya menjaga harmoni,” tegasnya.
Ia menjelaskan, melalui kegiatan Ngopi Kerukunan ini, diharapkan sinergi lintas agama semakin kuat dan para penyuluh semakin siap dengan strategi komprehensif dalam membangun harmoni serta mencegah potensi konflik sosial di masyarakat.Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber. Wadir Intelkam Polda Riau, AKBP Pangucap Priyo Sugito, menyampaikan materi mengenai dinamika isu intoleransi, radikalisme, dan terorisme di era digital.Ia menegaskan bahwa penyuluh agama memiliki peran strategis dalam mencegah penyebaran paham ekstrem. Penyuluh, katanya, merupakan garda terdepan dalam memperkuat wawasan kebangsaan dan membumikan nilai moderasi beragama di tengah masyarakat.
Narasumber kedua, Ketua FKUB Provinsi Riau, Abdurrahman Qoharudin, menambahkan bahwa kerukunan tidak boleh hanya menjadi konsep, tetapi harus diwujudkan melalui perjumpaan dan kolaborasi nyata.''Kerukunan tumbuh ketika kita hadir, berinteraksi, dan saling menjaga. Keberagaman di Pekanbaru hanya dapat dirawat melalui komunikasi dan kehadiran aktif para penyuluh di tengah umat,'' tuturnya.***