Terkait Empat Terdakwa Jadi Tahanan Kota

Abu Bakar Sidik Kecewa Putusan dari PN Pekanbaru

Abu Bakar Sidik

Laporan Zulfan Taufik
Pekanbaru


 EMPAT orang terdakwa pengrusakan Sekolah Dasar Taruna Islam Jalan Cemara Indah, Kecamatan Tenayan Raya dialihkan penahanannya menjadi tahanan kota.

Menyikapi hal itu membuat Kuasa Hukum, Abu Bakar Sidik kecewa atas keputusan Pengadilan Negeri Pekanbaru yang mengalihkan empat terdakwa menjadi tahanan kota.

"Saya sangat kecewa kepada pengadilan yang menjadikan terdakwa sebagai tahanan kota. Itu sangat tidak mencerminkan rasa keadilan bagi pengelola SD Taruna Islam," kesal Abu Bakar, Selasa (2/3/2021) siang di ruangan kerjanya.

 

Ditambahkan Abu Bakar Sidik, dengan adanya pengalihan empat terdakwa sebagai tahanan kota itu akan membahayakan serta melakukan perbuatan yang sama.

"Dari para terdakwa tidak ada niat untuk menemui korban (damai-red). Padahal hari ini jadwal sidang empat terdakwa Pledoi. Tetapi malah terdakwa menjadi tahanan kota," sambung Abu Bakar Sidik yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kota Pekanbaru dari Partai Nasdem tersebut.

Kekecewaan dari pihak korban juga sangat berdasar. Pasalnya terdakwa yang melakukan pengrusakan, secara hukum tidak memenuhi syarat untuk melakukan pemindahan penahanan.

"Semoga pihak pengadilan mempunyai landasan hukum terhadap keputusan yang telah diambil," ujar pemilik SD Taruna Islam ini.

Untuk diketahui, empat terdakwa, Eka Arnaldi, Ryonal, Amanda dan Almizar telah melakukan pengrusakan tembok sekolah dengan cara merobohkan pagar sekolah Sabtu, 31 Oktober 2020 lalu.

Mendapat informasi tersebut, tim Satreskrim Polresta Pekanbaru yang dipimpin Kasat Reskrim, Kompol Juper Lumban Toruan langsung mengamankan ke empat tersangka dan membawanya ke Mapolresta Pekanbaru untuk dilakukan penyidikan.

Barang bukti yang diamankan akibat perbuatan tindak pidana pengrusakan sekolah adalah dua buah palu besar penghancur tembok sekolah dan beberapa serpihan batu tembok yang dihancurkan oleh empat tersangka serta kerugian materil yang dialami korban mencapai kurang lebih 15 juta. ***


Berita Lainnya...

Tulis Komentar