Minta Pemerintah Mengambil Langkah Tepat

Cerita Bidan Dipaksa Bertugas Meski Sedang Isolasi Mandiri

Vaksinasi Covid-19 drive thru. 

JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Emi Nurjasmi mengungkapkan kegelisahan terkait kondisi para anggotanya yang sedang bertugas di fasilitas kesehatan. Dia menyebut, bidan yang bertugas sebagai vaksinator Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD).''Beberapa daerah kita diminta menjadi vaksinator tapi tidak diberi APD. APD bawa masing-masing,'' ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (9/7/2021).

Selain itu, Emi Nurjasmi mengaku mendapat laporan ada bidan yang dipaksa tetap bertugas di fasilitas kesehatan meskipun sedang menjalani isolasi mandiri.''Kami sangat bersedih tadi, bahkan saya mendengar ada yang sedang isolasi mandiri karena memang tidak ada tenaga tetap disuruh masuk,'' ucapnya.

Emi Nurjasmi menyadari, di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi, tenaga kesehatan semakin terbatas. Ini yang mengakibatkan bidan dipaksa menjalankan tugas meski tengah terpapar Covid-19.Wakil Direktur Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan ini berharap pemerintah mengambil langkah tepat untuk melindungi tenaga kesehatan, termasuk bidan di Indonesia. Salah satu di antaranya, memperbaiki manajemen kerja bagi tenaga kesehatan.

''Misalnya pengaturan kerja, sif, sehingga tidak membuat mereka kelelahan,'' ujarnya. Emi Nurjasmi juga berharap, pemerintah memberikan dukungan bagi tenaga berupa penyediaan vitamin dan rumah isolasi bagi tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. ''Ada bidan yang sudah bertugas kemudian takut anggota keluarga terpapar tapi tidak ada tempat isolasi mandiri. Terpaksa sudah punya gejala tapi di rumah bersama keluarga, kadang-kadang rumah tidak memadai, tapi tidak ada tempat isolasi mandiri. Ini perlu menjadi perhatian,'' tandasnya.

Sebelumnya, Relawan Lapor Covid-19, Lenny Ekawati melaporkan sebanyak 1.183 tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19. Data ini merupakan akumulatif kematian tenaga kesehatan sejak 12 Maret 2020 hingga 19 Juli 2021.Lenny menjelaskan dari total 1.183 tenaga kesehatan yang meninggal dunia, 434 orang di antaranya merupakan dokter. Kemudian 373 perawat, 208 bidan, 46 dokter gigi, 32 ahli teknologi laboratorium medis (ATLM), 10 apoteker dan 6 rekam radiologi.

Selanjutnya, 5 orang merupakan sanitiarian, 3 tenaga farmasi, 3 petugas ambulans, 3 terapis gigi, 3 elektromedik, 2 epidemiolog, 1 fisikawan medik, 1 entomolog dan 53 tenaga kesehatan lain-lain. Lenny menyebut, dalam sembilan hari terakhir, kematian tenaga kesehatan akibat Covid-19 bertambah sebanyak 85 orang.''Amat sulit membayangkan bahwa negara ini kehilangan setidaknya sembilan nakes sehari. Cukup sulit dan sangat menyedihkan,'' tuturnya dalam konferensi pers, Jumat (9/7) lalu. (Net/Hen)
 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar