Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak Meningkat
Ilustrasi ginjal
JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, alasan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injury (AKI) pada anak-anak di Indonesia terus meningkat. Menurutnya, pencatatan jumlah temuan kasus tersebut baru muncul ke publik akhir-akhir ini.“(Alasan) pertama, itu bukanlah kasus-kasus baru. Hanya, pencatatannya yang baru muncul sekarang. Kalau ini yang terjadi, maka bukan tidak mungkin akan ada tambahan kasus-kasus lagi dan harapannya agar proses pencatatan dan pelaporan kasus dapat terus makin intensif, serta sistem surveilan makin updated pula,” kata Tjandra, dikutip pada Sabtu (22/10/2022).
Kemudian, alasan kedua adalah belum adanya penjelasan yang rinci dari pemerintah terkait penyebab AKI. Sebab, muncul 35 kasus gagal ginjal akut pada 18 sampai 21 Oktober yang alasan penyebabnya belum diketahui. Padahal, di tanggal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) resmi agar tenaga kesehatan tidak meresepkan obat sirop.“35 kasus memang kejadian sakit yang terjadi antara 18 dan 21 Oktober. Kalau hal ini benar, maka baik segera (untuk) diumumkan ke publik apakah 35 kasus ini memang mengkonsumsi jenis sirop tertentu atau tidak. Jadi, perlu dibandingkan konsumsi sirup pada 206 kasus sampai 18 Oktober, dengan konsumsi pada 35 kasus baru antara 18 sampai 21 Oktober, dan ini juga akan ada 2 kemungkinan dan tindak lanjutnya. Ke satu, kalau 35 kasus baru ternyata tetap konsumsi sirup obat padahal sejak 18 Oktober harusnya sudah tidak dipakai lagi, maka perlu diintensifkan sosialisasi edaran yang ada, dengan sistem pengawasan yang ketat pula. Tetapi, kemungkinan ke dua, kalau 35 kasus baru ini tidak mengkonsumsi sirup obat apapun maka tentu jadi pertanyaan baru tentang kenapa mereka toh tetap jatuh sakit juga,” jelas Tjandra.
Oleh karena itu, Tjandra minta agar pemerintah menyampaikan secara detil ke publik perkembangan kasus AKI agar tidak muncul kepanikan.“Penjelasan rinci seperti ini perlu disampaikan ke publik dari waktu ke waktu agar masyarakat dapat melihat masalahnya dengan utuh dan lengkap, serta mengambil sikap secara jernih,” tambah Tjandra.Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) secara resmi menyampaikan terdapat 206 kasus gagal ginjal akut pada anak dan 99 pasien meninggal dunia pada Selasa (18/10). Tiga hari kemudian, Jumat (21/10), Kemenkes mengumumkan jumlah kasus naik menjadi 241 anak dan meninggal tercatat 133 kasus.
"Kita sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gangguan ginjal akut atau AKI di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus," kata BGS saat konferensi pers di Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, pada Jumat (21/10/2022).Secara lebih rinci, 241 kasus ini ditemukan pada 26 anak yang berusia >1 tahun, 153 anak berusia 1-5 tahun, 37 anak berusia 6-10 tahun, 25 anak berusia 11-18 tahun.BGS juga menyebut, penyakit ini tidak berkaitan dengan Covid-19 maupun vaksinasi Covid-19. Ia juga mengkonfirmasi penyebab AKI akibat senyawa kimia ethylene glycol, diethylene glycol dan ethylene glycol butyl ether. "Kita tes secara patologi, ini disebabkan oleh virus atau bakteri atau disebabkan oleh parasit. Ternyata tidak. Ini disebabkan oleh senyawa kimia,'' tutur BGS.(Net/Hen)
Tulis Komentar