Tradisi Tahunan, Ribuan Masyarakat Lubuk Jambi Tumpah Ruah Saksikan Festival Perahu Baganduang
Acara Perahu Baganduang berlangsung di Topian Muko Lobuah Desa Banjar Padang, Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuansing, Sabtu (5/4/2025).
Laporan : Hestiana Ramadhani
Lubuk Jambi, Kuansing
PERAHU Baganduang, adalah tradisi dan budaya Kabupaten Kuansing dari Lubuk Jambi yang sudah berusia ratusan tahun. Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan Mudik ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar limau oleh pemuda didampingi ninik mamaknya ke rumah calon mertuanya di pagi hari raya.
Dimana dalam tradisi masyarakat Kuantan Mudik, memang terdapat kebiasaan mandi balimau sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang hari raya Idulfitri.
Terdengarnya bunyi petasan dan dentuman meriam yang sahut menyahut dari atas perahu baganduang yang menghilir. bertempat di tepian Kuantan di Desa Koto Lubuk Jambi menunju Tepian Muko Lobuah di Desa Banjar Padang.Dengan adanya suara tersebut menandakan rombongan tamu kehormatan maupun para datuk dan niniak mamak, sudah jalan dan hampir sampai.

Selain itu, tradisi Perahu Baganduang merupakan gabungan dari dua hingga tiga buah sampan panjang yang kemudian dihias secantik mungkin. Dimana hiasan dari perahu Baganduang yaitu terdiri dari daun kelapa, tanduk kerbau, padi yang melambangkan pertanian, buah labu,cermin dan 5 buah payung yang melambangkan lima rukun iman, payung kuning,kain panjang, serta pernak pernik lainnya untuk mempercantik Perahu Bagandung tersebut.
Pantauan wartawan Kiblatriau.com di lapangan, tampak terlihat ribuan orang yang memadati Sungai Kuantan di Tepian Muko Lobuah dan juga Jembatan Lubuk Jambi yang tampak tumpah ruah dan penuh sesak dikerumuni orang yang menyaksikan tradisi dan budaya tahunan masyarakat Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik ini, Sabtu (5/4/2025)..
Tampak Wakil Bupati Kuansing H Muklisin, Ketua DPRD H Juprizal SE MSi, Pj Sekda dr H Fahdiansyah SpOg, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kuansing Drs Azhar MM serta para datuk dan ninik mamak dengan busana khas Kuansing yang berada diatas perahu begandung utama sedang melambai membalas lambaian masyarakat Kuantan Mudik yang sudah menunggu sejak pukul 14.00 WIB tadi. Selain itu, juga terlihat Ketua Tim Penggerak PKK Hj Yulia Herma, Ketua GOW Hj Nurhidayah Muniroh dan Ketua Darma Wanita Kuansing Ny Fahdiansyah ikut juga melambai dari atas perahu baganduang tersebut.

"Tradisi masyarakat Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik yang unik dan penuh makna ini sudah diakui oleh pemerintah Indonesia.Dengan melalui Kementerian Pariwisata RI pada tahun 2017 lalu ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) milik Kabupaten Kuantan Singingi) Kuansing.Tradisi Perahu Baganduang ini sangat luar biasa. Buktinya dari pemerintah sudah menetapkannya sebagai warisan budaya milik Kabupaten Kuansing," ungkap Wabup Kuansing H Muklisin yang hadir mewakili Bupati Kuansing siang tadi di tepian topilobuah, Sabtu (5/4/2025).
Oleh sebab itu, jelas Muklisin, tradisi ini harus terus dirawat, dijaga dan juga dilestarikan. Sehingga nanti kedepannya bisa menjadi tradisi yang dikenal luas oleh masyarakat.Tidak hanya oleh masyarakat Kuansing maupun Riau, tetapi secara nasional bahkan hingga ke internasional.

Perhelatan festival Perahu Baganduang dari Lubuk Jambi ini yang terus menerus dilaksanakan setiap tahun dalam suasana Idulfitri. Menurut Dr H Edianus Herman Halim yang merupakan tokoh adat Kuansing mengucapkan, bukan hanya sekedar untuk menjaga dan upaya melestarikannya, tetapi bagian pendidikan etika moral pada generasi muda Kuansing dan juga bisa menjadi motivasi ataupun penerus.
Pada tahun 2025 ini, festival Perahu Baganduang yang diikuti sebanyak 16 perahu berasal dari Desa Banjar Padang, Desa Seberang Pantai, Desa Pulau Binjai, Desa Rantau Sialang, Desa Koto Lubuk Jambi, Desa Pebaun, Desa Sangau dan Desa Kinali.
Sejarah Adanya Perahu Baganduang
Tradisi berlayar dengan Perahu Baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Dimana perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Perahu Baganduang ini pertama kali ditampilkan sebagai festival pada tahun 1996.
Beratus tahun silam keadaan penduduk Kuantan Mudik khususnya, Riau pada umumnya sangatlah serba kekurangan/ ketinggalan bila di banding dengan negeri-negeri lainnya.
Walaupun demikian, para penghuni Kuantan Mudik terutama Kenegrian Lubuk Jambi para pemuda/ pemudinya orang-orang kreatif, dan mempunyai gagasan yang luas, suka bergotong royong untuk membangunn desa, untuk mensejahterakan penduduk.

Para pemuda/pemudi beserta orang tua-tua bahu membahu untuk mengerjakan sesuatu, contohnya turun ke sawah, untuk mengerjakan sawah yang begitu luasnya, mereka mendirikan perkumpulan kerja yang disebut ?batobo?. Tobo ini terdiri darii bujang gadis dan orang tua untuk mengatur pekerjaan di sawah.
Alat pertanian di masa lalu adalah alat yang sangat unik, mesin-mesin seperti sekarang belum ada. Para petani hanya menggunakan binatang ternak kerbau, dan untuk membajak hanya satu-satu saja dengan arti kata tenaga kerbau di gunakan untuk meroncah, menghancurkan rumput menjadi bubur tanah, sehingga para petani dapat bantuan tenaga pengelolaan tanah. Kalau tanah kering, maka muda/mudi tadi membanting tulang bersama-sama batobo mencakul tanah.

Begitulah kerja muda/mudi di kampungnya sepanjang tahun, pekerjaan apapun mereka kerjakan bersama baik menanam, menyiang, dan terakhir menuai. Didalam kelompok tobo inilah masing-masing muda/mudi mulai menjalin masa perkenalan untuk saling mencintai, tapi semua percakapan ini sangat rahasia sekali, antara pemuda dengan pemuda tak tahu sedikitpun, yang pemudinya antara satu sama lain juga tidak ada yang mengetahui, semuanya sama-sama rahasia.
Kalau muda/mudi sekarang saling membeberkan baik sesama teman maupun sama orangtuanya, bertolak belakang dengan muda/mudi yang dulu.
Untuk lebih akrabnya hubungan mereka itu, di waktu batobo siangnya mereka membuat suatu persetujuan yang berikut ini adalah dialognya.
Abang: saya ingin datang kesini untuk membicarakan hubungan kita agar lebih serius lagi. Apakah adik bersedia?
Adik: ambo setuju sekali (saya setuju sekali)
Abang: kok lai satuju, abang datang beko malam ke rumah adik/ mancaliak. (kalau setuju, abang nanti malam datang kerumah adik/mengunjungi.)
Adik: datanglah.
Abang: dimano tompek adiak tiduar? (dimana tempat adik tidur?)
Adik: dokek balobek ujuang. (dekat jendela paling ujung sekali).

Rezeki bagi Pedagang Kuliner
Pada pelaksanaan Perahu Baganduang ternyata membawa rezeki bagi para pedagang. Dimana para pedagang ini memanfaatkan peluang dengan membuka lapak atau dagangan di acara tersebut. Sementara itu, jualan yang disuguhkan oleh para pedagang kuliner ini bermacam-macam. Mulai dari makanan tradisional, kue tradisional ,pakaian serta minuman.

Salah satu contoh ya ada bakso bakar, bakso goren, sosis. Selain itu ada juga jual somai, ayam goreng. Kemudian ada air tebu, aneka minuman campur serta minuman lainnya. "Ya saya lihat tadi banyak penjual kuliner yang berjualan. Dimana mereka berjejer di sepanjang tepian sungai kuantan.
Memang, masyarakat yang datang untuk menyaksikan Perahu Bagandung hanya tinggal pilih saja apa yang mau dibeli, karena banyak menu pilihan yang dijual oleh para pedagang yang berjejer itu," ujar Elia yang juga menyaksikan acara Perahu Baganduang tersebut.
Sambung Elia, dengan banyaknya masyarakat yang datang dan membeli makanan dan minuman ,tentu menambah omzet bagi pedagang kuliner di acara tersebut.***

Tulis Komentar