Perseteruan sudah Lama Terjadi

Inilah Penyebab Wiranto Copot Kivlan Zen dari Kakostrad TNI AD

Kivlan Zen dan Wiranto

JAKARTA--(KIBLATRIAU.COM)-- Mayjen (Purn) Kivlan Zen menggugat mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto terkait perintah Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) tahun 1998. Menurut Kivlan, Wiranto hanya memberikan uang Rp400 juta dari janji semula Rp8 miliar. Hal itu menyebabkan Kivlan bangkrut. Perseteruan antara Kivlan dan mantan atasannya ini sudah lama terjadi. Dulu saat 1998, Kivlan bahkan dicopot oleh Wiranto sebagai Kepala Staf Kostrad.Setelah Presiden Soeharto lengser, persaingan antara Wiranto dan Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto memanas. Keduanya berusaha mendekati Presiden BJ Habibie. Kivlan mengaku bersama Muchdi PR, diperintah Prabowo untuk menemui BJ Habibie. Namun tak berhasil. Akhirnya Habibie lebih memilih Wiranto sebagai Panglima ABRI.

Kivlan mencatat tanggal 22 Mei 1998 pukul 19.00 WIB, Prabowo dicopot sebagai Pangkostrad. Cuma berselang sehari setelah mertuanya lengser. Prabowo digantikan Mayjen Johny Lumintang. Namun Johny cuma menjabat Pangkostrad selama 22 jam. Pada 23 Mei pukul 17.00 WIB, jabatan itu diserahkan pada Mayjen Djamari Chaniago.Prabowo digeser menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI di Bandung. Untuk pertama kali selama karier militernya, Prabowo ditempatkan di bidang pendidikan. Pada 20 Juni 1998, Mayjen Kivlan ikut dicopot sebagai Kepala Staf Kostrad. Apa penyebabnya?

"Dicopot karena turut berdiskusi di Hotel Regent membahas keabsahan Habibie dan perubahan UUD 1945 atau pemilihan presiden secara langsung," tulis Kivlan Zen dalam Buku Konflik dan Integrasi TNI AD.

Pertemuan 16 Mei di Hotel Regent itu diikuti sejumlah intelektual, termasuk Nurcholis Madjid. Mereka berdiskusi untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan bangsa. Namun tetap salah satu poinnya Soeharto untuk lengser. Sesuatu yang dianggap tabu kala itu.

Muchdi PR yang saat itu menjadi Danjen Kopassus ikut dicopot. Karena dianggap mengetahui kasus penculikan aktivis anti-Soeharto yang merancang pemboman di Tanah Tinggi dan Demak. Namun, menurut Kivlan, Muchdi tak tahu soal penangkapan aktivis itu.Soal pencopotan ini pernah ditanyakan Kivlan pada Wiranto menjelang pelaksanaan Sidang Istimewa (SI) 1998. Saat itu ramai aksi massa menolak SI. Masyarakat takut sidang hanya melanggengkan kekuasaan Orde Baru dengan mendudukkan BJ Habibie sebagai Presiden. Rakyat juga meminta dwifungsi ABRI dicabut. Tentara tak bisa lagi berpolitik dan berbisnis.

Wiranto meminta Kivlan untuk membuat aksi massa tandingan seolah mendukung SI MPR. Kivlan dinilai pernah sukses mengusir massa dari Gedung DPR saat aksi Mei 1998. Aksi tandingan juga dinilai bisa mendongkrak moril tentara yang saat itu menghadapi tudingan HAM dan pencabutan dwifungsi. "Dulu Bapak copot saya. Saya sudah tidak punya jabatan, mengapa sekarang dipanggil?" tanya Kivlan.

"Ah itu kan kehendak Pangkostrad Jamari Chaniago. Sudahlah, kamu kerahkan massa lagi, nanti saya kasih jabatan kalau sudah selesai," jawab Wiranto. Pam Swakarsa kemudian muncul sebagai aksi tandingan. Jumlahnya mencapai puluhan ribu orang. Mereka kadang membawa bambu runcing sebagai senjata. Beberapa kali massa kontra SI 1998 bentrok dengan Pam Swakarsa ini. Menanggapi berbagai tudingan Kivlan, Wiranto membantahnya. Wiranto juga mempersilakan Kivlan menggugat dirinya soal pembentukan Pam Swakarsa. Dia mengaku akan menyiapkan jawaban secara lengkap. "Silakan. Yang penting kita kan profesional. Kerja benar. Kerja untuk negara, untuk kebaikan, untuk keamanan. Gugat siapapun, silakan," ujar Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/8). (Net/Hen)
 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar