Sudah Banyak Menelan Korban

Jebakan Dukun Politik Ala RZ, Paslon Tunggal dan Kotak Kosong

Pemred Kiblatriau.com Hendri Zainuddin saat foto bersama dengan Drs Wahyudi El Panggabean

By: Wahyudi El Panggabean

 

       HANYA musuhmu yang berbicara jujur. Teman dan orang dekatmu, akan berbohong. Agar kamu merasa senang Stephen King (Novelis Amerika).

Sistem Dukun Politik ala "RZ" (Real-Zonk) sudah sejak lama dimainkan di Riau. Sudah pula banyak menelan "korban".

Istilah "RZ" berasal dari dua akar kata dan dua bahasa berbeda. Real (Inggris) berarti "nyata". Sedangkan "Zonk" (Betawi) artinya kosong. Alias mengecewakan.

Jadi, "Dukun Politik ala RZ" ini adalah strategi pemanfaatan dengan menawarkan pola yang real tapi ujungnya zonk alias mengecewakan.

Ada sosok yang begitu lihainya memainkan trik Dukun Politik RZ ini. Kiat permainan demikian "halus" dan rapi. Berdaya hipnosis.

Trik-nya, cukup muslihat. Hingga sulit terdeteksi kepeintingan sang "Dukun" yang disisipkannya di balik ramuan-ramuan politiknya.

Yah, sesuai istilah "Real-Zonk" itulah. Sepintas programnya: nyata. Ujungnya? Yah,  Zonk alias mengecewakan.

Dalam sejarah suksesi kepemimpinan Riau, seprrempat abad belakangan, trik "Dukun Politik ala RZ" menoreh beberapa lembaran hitam.

Korban di lembaran pertama, Firdaus Malik yang diumpan untuk bertarung melawan Saleh Djasit di Pilgubri 1998.

Bayangkan, Firdaus yang maju dengan kekuatan penuh dari Fraksi Golkar bisa takluk oleh Saleh Djasit yang hanya didukung 6 suara dari Fraksi TNI-Polri. (Kala itu Pilkada masih lewat DPRD).

Nah, apa yang terjadi 5 tahun berikutnya di Pilgubri 2003? Justru Saleh Djasit (korban di lembaran kedua) yang "ditikam" dari belakang.

Rusli Zainal kemudian secara gemilang tampil sebagai pemenang. Menjadi Gubernur Riau nyaris 2 periode. Rusli memang, "berlari" kencang membangun Riau.

Di saat bersamaan korban "Dukun Politik" ala "RZ" itu, terus bertambah. Banyak  "orang-orang" Saleh Djasit yang masih mencoba berani tampil di jabatan-jabatan strategis, berguguran. Malah, ada yang masuk penjara.

Terakhir, Saleh Djasit yang sudah bertahta di Senayan sebagai Anggota DPR RI pun, malah "terciduk" sang Dukun.

Ternyata, kebijakan Saleh Djasit, membeli mobil pemadam kebakaran, saat menjabat Gubernur Riau masih terendus juga.

Akibatnya, Saleh diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia, lantas, divonnis 4 tahun penjara. Bayangkan, sadisnya jika sang Dukun Politik ala "RZ" ini, murka.

Lantas, bagaimana dengan Rusli Zainal? Benar, memang dia secara gemilang menjabat kursi panas Gubernur Riau, nyaris dua periode. Endingnya?

Tampaknya, tidak ada yang mafhum. Apa mungkin wangsit sudah melemah. Atau Rusli yang melanggar pantangan.

Sooalnya, menjelang berakhir jabatannya di periode ke-2 Rusli malah, diciduk KPK. Upaya hukum yang dia lakukan atas vonnis Pengadilan Tipikor, justru mempertinggi hukumannya: 14 tahun penjara. Ngeri...!

Nah, beberapa bulan terakhir, kabarnya si Dukun Politik ala RZ ini sudah kembali mendekat ke sentra politik Riau.

Pergerakannya yang "sulit" terbaca, dikhawatirkan akan kembali "memakan" korban menjelang Pilgubri November, tahun ini.

Biasanya, sang "Dukun" ini akan memangsa sosok ambisius yang berpotensi untuk dimanfaatkan.

Strateginya: sang "Dukun" akan mendorong mangsanya untuk menghabisi para rival menjelang bertarung.

Loh, politik kan harganya mahal, dari mana cost untuk semua itu. Makanya, si "Dukun" mencari mangsa yang ambisius yang berani mengemper-emper bahaya menggunakan dana proyek....

Bila perlu, didorongnya, mangsanya untuk bisa tampil prima "membeli" partai-partai potensial. Untuk "membunuh" kesempatan para rival ikut bertarung.

Tujuannya,  Agar mangsanya bisa tampil perkasa sebagai "Calon Tunggal" melawan "Kotak Kosong". Terus?

Saat itulah, si "Dukun" menitip "orang"nya. Titipan ini, bisa bermakna ganda: Bisa jadi penyebab, mangsanya terpental karena didampingi orang tak populer.

(Ingat! Peristiwa 2018 saat Paslon Walikota Makassar yang terjungkal melawan "Kotak Kosong"?)

Atau jika kelak menang. Titipan si "Dukun" itulah,  yang kemudian, akan  menikamnya, dari belakang. ***

Waspadalah.

Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H., 
Wartawan Senior
Direktur Utama, Pekanbaru Journalist Center. ***


Berita Lainnya...

Tulis Komentar