Musik berbasis Tradisional

Bawa Harum Musik Melayu ,Riau Rhythm Guncang San Francisco dan California

Riau Rhythm kembali memperluas jejaring musik nya di negeri Paman Sam, Amerika Serikat

PEKANBARU--(KIBLATRIAU.COM)-- Riau Rhythm kembali memperluas jejaring musik nya di negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Kelompok musik yang dinahkodai oleh Rino Dezapaty Director dan juga Komposer dalam group yang sudah konsisten  selama 23 tahun ini akan konser di San Francisco, California United States pada tanggal 27 Desember pukul 7 malam waktu amerika serikat. Ini adalah kali ke 3 group ini kembali memperkenalkan karya- karya nya yang berbasis kebudayaan Melayu Riau di  Amerika. Sebelumnya, di tahun 2023 Riau Rhythm melakukan rangkaian Tur Konser di mulai dari kota Chicago di Old Town Music, New York Street Fest dan Jersey City Teater Center (JCTC) di kota New Jersey.

Riau Rhythm kembali ingin memperkenalkan kebudayaan melayu itu, lebih luas dan lebih dekat dengan industri musik dunia tepatnya di Amerika Serikat. Kekuatan terbesar kebudayaan adalah pada nyanyian rakyat.Menentaskan musik-musik berbasis  tradisional hal yang paling tepat menurut Rino dalam memperkenalkan budaya tradisi Indonesia. Riau Rhythm mengeksplorasi musik tradisi yang sudah berjalan di album ke 9 dari tahun 2001 hingga saat ini. Dijelaskan Rino, bahwa sastra lisan dan musik  tradisi dalam komposisi musik hybrid menjadi kekuatan terbesar kelompok musik ini, sebagai group yang konsisten menggali kekayaan musik-musik tradisi rakyat, sastra lisan dan lagu rakyatnya.

"Selain musik melayu Riau Rhythm juga mengangkat tradisi lisan bugis, konsep musik jawa dengan karya Djung nya dan juga karya terbaru dalam album Sound of Spice Routes mengangkat Swara Surosoan (Banten) dengan konsep sunda dipadu  padankan dengan konsep musik funk Psikedelik," ujar Rino, Ahad (29/12/2024).Rino sebagai komposer musik, Riau Rhythm selalu berkembang dalam setiap karya karyanya. Tetap berbasis tradisi dengan kekuatan sastra lisan seperti Melalak, Nondong  Kampar, Beluk Sunda, Nandung Melayu dan Mantera sebagai jalinan dalam struktur musikal yang di kombinasi dengan konsep hybrid musik.

"Tujuan konser di Kota San Francisco, Riau Rhythm ingin membuka jaringan World Musik Indonesia kembali, pasca pandemi covid selama lebih kurang 2 tahun. Ini merupakan jaringan baru dimana Music City San Francisco, California merupakan sebuah  komunitas musik kolektif yang membuka diri untuk Indonesia memperkenalkan karya karya musisinya," sebutnya.Sementara itu, Mr. Rudy Colombini selaku Founder Music City dan Song Writter di Amerika menyambut baik Konser ini, "Saya sangat  surprise melihat sesuatu yang baru musik dari indonesia” ungkap Rudy.

Melalui dukungan Perjalanan di Kementerian kebudayaan RI dan dukungan Direktorat Perfilman, Musik dan Media juga memberikan fasilitas yang mempermudah seluruh seniman untuk bisa mementaskan karya karya nya di manapun. Ekspansi kebudayaan  ini sangat menarik dilakukan sebagai bentuk memajukan kebudayaan di pasar global ke depan.Violano Rupiyanto selaku Manager Produksi dan juga musisi Riau Rhythm mengungkapkan, pentingnya dalam diplomasi budaya untuk membuat suatu proyek  kerja sama antarnegara serta kelompok maupun seniman dengan suatu festival dan venue. Diplomasi dilakukan agar karya karya seniman indonesia bisa di pentaskan berjalan keliling.

"Karna sayang sekali tiket pesawat yang mahal dan hanya sekali pentas dengan durasi yang pendek. Lama perjalanan juga mesti kita ukur apabila hanya mendapatkan satu pentas. Riau Rhythm membuat kerja sama agar konser yang berdurasi panjang bisa  di pentaskan sehingga audiens bisa menikmati dan memahami konsep musik yang kami suguhkan," katanya.

Durasi konser Riau Rhythm sepanjang 1 jam 30 menit dengan membawa karya-karya terbaik di 4 album sebelumnya. Kemudian, premiere 3 karya  baru yang akan jadi album ke 10 di tahun 2025 akan datang. "Kami sangat terbuka untuk membuat kerja sama dan juga membuka jaringan kepada musisi musisi di Indonesia. Karena sekali lagi bahwa musik tradisi itu berbancuhan dengan kebudayaan yang  mesti di panggung-panggungkan. Karena ada tuntunan dalam tontonan dan ada nilai luhur dalam falsafah kemelayuan yang kita angkat kedalam seluruh musik" tandas Rino.***

 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar