Hasilkan nilai Akurasi Lebih Baik

RS Mata PBEC Pekanbaru Validasi Penelitian Dosen Unilak: Deteksi Retinopati Diabetik dengan AI

Rumah Sakit Mata Pekanbaru Eye Center (PBEC) melakukan validasi klinis terhadap hasil penelitian dosen komputer Universitas Lancang Kuning (Unilak) yang mengembangkan algoritma komputer baru berbasis Kecerdasan Buatan (AI)

PEKANBARU--(KIBLATRIAU.COM)-- 
Rumah Sakit Mata Pekanbaru Eye Center (PBEC) melakukan validasi klinis terhadap hasil penelitian dosen komputer Universitas Lancang Kuning (Unilak) yang mengembangkan algoritma komputer baru berbasis Kecerdasan Buatan (AI) untuk deteksi dini penyakit retinopati diabetik yang dilaksanakan pada tanggal 26 Mei – 4 Juni 2025 yang lalu. Penelitian ini menggunakan gambar retina hasil dari kamera fundus untuk mengidentifikasi mikroaneurisma yang merupakan gejala awal dari penyakit retinopati diabetis.

Penelitian ini dilakukan oleh Dafwen Toresa yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Unilak yang sedang menyelesaikan studi Doktor Teknologi Informasi dengan konsentrasi keilmuan adalah Pengolahan Citra di Universitas Utara Malaysia (UUM), di bawah bimbingan (Supervisor) Prof Madya. Ts. Dr Nor Hazlyna Harun dan Prof Madya. Ts. Dr. Juhaida Abu Bakar dengan membuat algoritma segmentasi pengelompokan (clustering) baru dan modifikasi algoritma PSO baru,  menggunakan data set privat berupa gambar retina dari Rumah Sakit Universitas Sains Malaysia (HUSM)  dan data set umum, dengan tujuan  untuk mendeteksi mikroaneurisma secara otomatis dari gambar retina. Hal ini memungkinkan proses skrining dini terhadap pasien diabetes secara efisien, bahkan di fasilitas kesehatan dengan keterbatasan alat atau dokter spesialis mata.

Hasil segmentasi mikroaneurisma melalui algortima pengelompokan baru ini telah menghasilkan nilai akurasi lebih baik dari algoritma standarnya dan lebih baik dari penelitian sebelumnya.

“Model usulan deteksi ini berisikan dua algoritma komputer baru yang dirancang untuk segmentasi mikroaneurisma dan mengenali tepi, mikroneurisma ini berukuran sangat kecil yaitu lebih kurang 15-60 mikron, intensitas rendah dan banyak artefak. Model dengan algoritma baru ini membantu skrining secara cepat, akurat dan otomatis, guna mencegah keterlambatan diagnosis retinopati diabetik yang berisiko menggangu penglihatan bahkan menyebabkan kebutaan dan untuk menentukan tindakan pengobatan serta perawatan pada pasien,” terang Dafwen Toresa.

Sebanyak lima dokter mata dari PBEC dilibatkan sebagai validator untuk melakukan validasi klinis terhadap hasil penelitian ini. Mereka membandingkan hasil deteksi mikroaneurisma melalui hasil algoritma komputer dengan diagnosis manual berbasis pengalaman klinis.

Adapun  lima orang Dokter Spesialis Mata yang melakukan validasi terdiri dari dr. Handoko Pratomo, Sp.M, dr. Efhandi Nukman, Sp.M, dr. Farid Alfarisy, Sp.M, M. Ked, dr. M. Insanul Kamil Rery, Sp.M, M. Ked dan dr. Ressa Yuneta, Sp.M. Secara umum validator  mengapresiasi algorimta komputer baru berhasil mendeteksi mikroaneurisma dengan akurasi tinggi dan sesuai dengan deteksi manual.

Setelah melihat perbandingan hasil manual dengan algoritma komputer baru, dr. efhandi Nukman menyatakan “Penelitian ini merupakan terobosan yang bermanfaat nantinya untuk dokter mata dalam menyaring tingkatan penyakit retinopati diabetik, berharap ini dibuatkan aplikasi yang bisa kami gunakan," ujarnya.


dr. Handoko Pratomo Sp. M sebagai salah satu dokter mata yang memiliki spesialis Vetreoretina antusias menyambut penelitian ini, “Algoritma komputer terbaru memberikan hasil akurasi  sangat baik dari algoritma standar  dalam mendeteksi mikroaneurisma, ini akan memudahkan observer (dokter mata) untuk mendeteksi dini  penyakit retinopati diabetik.

Saya berharap agar algoritma baru ini dikembangkan menjadi aplikasi atau mobile agar bisa digunkaan oleh dokter mata di daerah-daerah," sebutnya.

dr. Farid Alfarisy, Sp.M, M. Ked mengatakan “penelitian ini sangat baik dan sangat relevan dengan angka kejadian retinopati diabetes semakin meningkat, saran saya dibuatkan dalam bentuk aplikasi agar penelitian ini lebih bermanfaat lagi serta aplikabel dengan kami dokter mata," terangnya.


dr. M. Insanul Kamil Rery, Sp.M, M. Ked menyampaikan “Penelitian bapak Dafwen ini sangat bagus dan sangat membantu kami dokter mata yang belum terbiasa mendeteksi kelainan pada funduscopy/retina terutama pada skrining diabetic retinopati, dengan harapan algoritma ini diterapkan dalam bentuk aplikasi secara klinis.

dr. Ressa Yuneta, Sp.M mengapresiasi penelitian ini karena akan sangat berguna membantu dokter mata terutama deteksi retinopati diabetik, berharap cepat selesai penelitian ini dan bisa dibuatkan aplikasinya agar bisa digunakan.


Setelah kegiatan ini, Dafwen Toresa sebagai peneliti  merencanakan penyempurnaan algoritma ini sesuai dengan masukan dari validator. Target jangka panjangnya adalah mengembangkan platform skrining digital berbasis website dan mobile yang praktis digunakan oleh tenaga medis. Verifikasi dan validasi oleh lima dokter mata Rumah Sakit Mata PBEC Pekanbaru memperkuat sinergi antara dunia akademik dan layanan medis, serta menunjukkan bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi alat bantu  dokter mata melakukan diagnosis yang efektif untuk deteksi dini retinopati diabetik melalui gambar retina.

Di akhir bincang dengan media ini, Dafwen Toresa menyampaikan ucapakan terima kasih dan apresisasi kepada Direktur, manejemen dan dokter mata di Rumah Sakit Mata PBEC Pekanbaru yang telah bersedia menjadi mitra untuk membantu melakukan verifikasi dan validasi terhadap penelitian ini. ***
 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar