Launching PMB Umri Tahun 2026/2027

Ribuan Mahasiswa, Dosen dan Masyarakat sambut Kedatangan Anies Baswedan, Inilah Penjelasannya

Ribuan mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum memadati halaman utama kampus untuk menyambut kedatangan tokoh nasional, Anies Rasyid Baswedan, Jum'at (7/11/2025))

Laporan :Mustakim 
Pekanbaru

       TAMPAK suasana pagi di Kampus Universitas Muhammadiyah Riau (Umri), Jumat (7/11/2025), terasa lebih semarak dari biasanya. Ribuan mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum memadati halaman utama kampus untuk menyambut kedatangan tokoh nasional, Anies Rasyid Baswedan.

Kehadirannya bukan sekadar untuk memberi ceramah, melainkan untuk menyalakan semangat perubahan melalui Dialog Kebangsaan yang dirangkaikan dengan Launching Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Umri Tahun Akademik 2026/2027.

Sorak tepuk tangan mengiringi langkah mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuju panggung utama. Dengan gaya khasnya yang tenang namun berwibawa, Anies membuka pidatonya dengan tema besar tentang makna menjadi pembelajar sejati di era disrupsi digital.

“Di masa ini, dosen tidak hanya bersaing dengan sesama dosen, tetapi juga dengan laju pengetahuan yang bergerak begitu cepat,” ujarnya.

Anies mengingatkan bahwa pengajar yang enggan memperbarui ilmunya akan tertinggal, bahkan bisa tergantikan oleh teknologi. Namun, ia menekankan bahwa teknologi bukanlah ancaman utama, melainkan keengganan manusia untuk terus belajar.

“Dosen yang datang dengan inspirasi dan gagasan segar tidak akan pernah bisa digantikan oleh mesin apa pun,” tambahnya, disambut anggukan dan tepuk tangan para hadirin.

Dalam kesempatan tersebut, Anies juga menyoroti peran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang kini mulai merambah dunia pendidikan dan riset. Menurutnya, sebagian pendidik masih ragu memanfaatkan teknologi ini karena takut kehilangan kendali, padahal AI seharusnya menjadi mitra dalam proses belajar.

“Gunakan AI sebagai asisten pribadi, bukan sebagai majikan. Biarkan teknologi bekerja untuk kita, bukan sebaliknya,” pesan mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Ia kemudian melukiskan kondisi pendidikan saat ini dengan kalimat yang menggugah, “Ruang belajarnya masih seperti abad ke-19, pengajarnya abad ke-20, sementara muridnya produk abad ke-21.”

Menurut Anies, kondisi tersebut menjadi tantangan bagi para pendidik untuk kembali belajar dan menyesuaikan diri dengan pola pikir generasi digital yang serba cepat dan kreatif.

Sesi tersebut tidak hanya memantik refleksi bagi para dosen, tetapi juga menggugah semangat mahasiswa yang hadir. Kepada generasi muda, Anies berpesan agar tidak menyia-nyiakan masa kuliah yang seharusnya menjadi fase pertumbuhan dan eksplorasi diri.

“Gunakan masa ini untuk tumbuh. Ikut organisasi, riset, lomba, atau kegiatan sosial. Waktu luang itu bukan hadiah, tapi jebakan,” ucapnya yang langsung disambut tawa dan tepuk tangan meriah.

Lebih lanjut, Anies menekankan pentingnya keseimbangan antara prestasi akademik dan kemampuan sosial. Menurutnya, nilai akademik yang tinggi memang penting, tetapi karakter dan kepemimpinanlah yang akan menentukan keberhasilan seseorang di dunia kerja dan kehidupan nyata.

“Nilai bagus akan membawa Anda ke ruang wawancara, tapi kepemimpinanlah yang membuat Anda diterima,” tutupnya diiringi riuh tepuk tangan ribuan peserta.

Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Riau Dr Saidul Amin, MA., dalam sambutannya menegaskan komitmen Umri untuk menjadi universitas berstandar internasional dengan semangat perubahan mindset yang berkelanjutan.

“Standar kita harus internasional. Kita ingin menjadi universitas terbaik di Asia Tenggara. Namun untuk meraih itu, kita harus berani mengubah cara berpikir, dan mengubah mindset bukanlah hal yang mudah,” sebut Saidul.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor juga menyinggung hubungan historis dan genealogis antara keluarga besar Anies Baswedan dan Muhammadiyah, yang telah terjalin erat sejak lama.

“Kedekatan keluarga Pak Anies dengan Muhammadiyah ibarat aur dengan tebing, bagai pasir dan tepian yang tidak bisa dipisahkan,” ujarnya menutup sambutan.

Bagi banyak mahasiswa, pagi itu bukan sekadar menghadiri acara kampus, tetapi menjadi momen untuk menyerap energi, inspirasi, dan pesan moral dari seorang tokoh pendidikan nasional: bahwa belajar tidak pernah berhenti, dan perubahan hanya milik mereka yang terus bergerak agar bisa lebih baik kedepannya.***


Berita Lainnya...

Tulis Komentar