Malam kedua Puluh Ramadhan

Ustadz Ahmad Mukhlisin sampaikan Santapan Rohani Ramadhan, Simak Penjelasannya

Ustadz Ahmad Mukhlisin saat sampaikan santapan rohani Ramadhan, Rabu (19/3/2025)

PEKANBARU --(KIBLATRIAU.COM)-- Memasuki malam yang kedua puluh bulan Ramadhan 1446 H, ustadz yang menyampaikan santapan rohani Ramadhan di Masjid Nurul Muhsinin yang berada di Jalan Ikan Mas, Kelurahan Tangkerang Barat, Kecamatan Marpoyan Damai yakni ustadz Ahmad Mukhlisin Lc. Santapan rohani Ramadhan itu dilakukan usai sholat isya berjamaah,Rabu (19/3/2025).

Sebelum menyelesaikan santapan rohani Ramadhan ,ustadz Ahmad Mukhlisin mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, dimana pada malam yang sangat mulia ini masih diberikan kesempatan, kesehatan sehingga bisa hadir bersama-sama mengikuti sholat isya,tarawih dan witir berjamaah. Selain itu ustadz Ahmad Mukhlisin tak lupa pula bersalawat atas Nabi Muhammad SAW. Karena, dengan banyak bersalawat akan diberikan safaat dan pertolongan di akhirat kelak.

Dalam santapan rohani Ramadhan ini , ustadz Ahmad Mukhlisin membahas tentang iktikaf.Pada bulan Ramadhan ini maka dianjurkan untuk melakukan iktikaf, terutama d i sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan ini.
Dikatakan ustadz Ahmad Mukhlisin bahwa iktikaf maknanya 
berdiam diri dan menetap dalam sesuatu. Tuntunan Ramadhan menjelaskan I’tikaf adalah aktifitas berdiam diri di masjid dalam satu tempo tertentu dengan melakukan amalan-amalan (ibadah-ibadah) tertentu untuk mengharapkan ridha Allah SWT.

"Untuk waktu pelaksanaan iktikaf dilakukan pada bulan Ramadhan dan di masjid. Terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, karena sangat bermakna untuk bernilai. Selain itu, sepuluh malam terakhir ini tentunya diturunkan malam Lailatul Qadar. Jadi, kita harus Istiqomah untuk melakukan iktikaf," ujar ustadz Ahmad Mukhlisin.

Dikatakan ustadz Ahmad Mukhlisin bahwa untuk sahnya iktikaf juga diperlukan beberapa syarat. Seperti 
oang yang melaksanakan iktikaf beragama Islam. 
Orang yang melaksanakan iktikaf sudah baligh, baik laki-laki maupun perempuan. "Iktikaf dilaksanakan di masjid, baik masjid jami’ maupun masjid biasa. Selain itu, orang yang akan melaksanakan iktikaf  hendaklah memiliki niat," terang ustadz Ahmad Mukhlisin.


Pada kesempatan ini ustadz Ahmad Mukhlisin juga menerangkan tentang cara iktikaf dari  Rasulullah SAW. 
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Apabila telah masuk hari kesepuluh, yakni sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan kain sarungnya dan menghidupkan malam-malam tersebut serta membangunkan istri-istrinya.

Di dalam hadis tersebut Aisyah menjelaskan bahwa Rasulullah pada malam i’tikaf melakukan beberapa hal yaitu :

Pertama, “mengencangkan kain sarungnya” yang dimaknai bahwa Rasul tekun beribadah, mencurahkan waktu untuknya dan bersungguh-sungguh di dalamya. Ada yang berpendapat, yang dimaksud dengannya ialah menjauhi wanita untuk menyibukkan diri dengan peribadatan.

Kedua, Rasulullah “menghidupkan malamnya”. Rasulullah menghidupkan seluruh malam dengan begadang untuk melakukan sholat dan selainnya, atau menghidupkan sebagian besarnya.

Ketiga,  “membangunkan keluarganya” yakni membangunkan mereka dari tidur untuk beribadah dan sholat. Diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata, ”Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melakukan iktikaf, beliau mengerjakan shalat Shubuh, baru kemudian masuk ke tempat iktikafnya.

"Pernyataannya, “sholat Shubuh” yakni pada pagi 21 Ramadhan. Maksudnya beliau terfokus dan menyepi di dalamnya setelah sholat shubuh. Bukan berarti bahwa itu dimulainya waktu iktikaf. Bahkan waktu iktikaf dimulai sebelum maghrib pada malam ke-21 dalam keadaan beri’tikaf lagi berdiam di masjid secara umum. Ketika setelah selesai sholat subuh beliau menyendiri. 

Seiring dengan itu maka tauladanilah cara yang dilakukan oleh Nabi Muhammad terkait iktikaf ini. Mudah-mudahan apa yang kita inginkan di malam bulan Ramadhan ini akan dikabulkan oleh Allah SWT," tutur ustad Ahmad Mukhlisin. (Ran)

 

 

 


Berita Lainnya...

Tulis Komentar